Terselip Filosofi di Balik Semangkuk Bubur Lemu

Administrator 22 Januari 2020 10:24:21 WIB

Terselip filosofi di balik semangkuk bubur lemu, atau yang disebut oleh masyarakat Jawa sebagai jenang lemu. "Dari kacamata sosiologi, jenang (bubur) adalah makanan tradisional yang tak terperangkap dalam kasta sosial.

jenang (bubur) adalah makanan tradisional yang tak terperangkap dalam kasta sosial. Dari keluarga raja, priyayi, hingga wong cilik sama-sama memakai jenang untuk dikonsumsi dan sebagai sesaji.

jenang atau bubur sukses melebur di kehidupan masyarakat. Jenang bukan milik satu golongan saja. Padahal bukan rahasia jika makanan, khususnya di zaman lampau, menjadi simbol pembeda status antara golongan bangsawan dan rakyat biasa. Jenang yang merupakan makanan asli Nusantara adalah simbol kesederhanaan. Bahan untuk membuatnya berasal dari lingkungan sekitar, tanpa harus impor, dan diolah dengan cara sederhana. Jenang biasa disajikan di atas takir atau daun pisang yang dipetik di pekarangan rumah.

Komentar atas Terselip Filosofi di Balik Semangkuk Bubur Lemu

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 
Kebijakan Privasi

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License