Belajar Otodidak, Warga Bantul Ubah Limbah Jadi Kerajinan

Administrator 23 Oktober 2020 09:18:44 WIB

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Semua berawal dari tahun 2010 silam.

Kala itu, Suparno atau biasa dipanggil Nano, warga dusun Karangmojo, RT 02, Trirenggo, Bantul mencoba membuat kerajinan.

Modalnya hanya limbah cangkang telor.

Limbah yang sebagian orang dianggap tidak berguna itu dibuat kerajinan dengan cara otodidak, dengan cara melihat tayangan video online dari YouTube. 

Tak disangka, berangkat dari coba-coba, pria lulusan SMP itu mampu mengubah limbah cangkang telor menjadi karya seni dan menghasilkan rupiah. 

Karya seni tersebut berupa kaligrafi, wayang dan berbagai hiasan rumah.

Motifnya yang menarik, membuat karya seni itu diterima di pasaran.

"Waktu itu, ada banyak yang minat dan pesan," kata Nano, mengawali cerita, saat ditemui di rumahnya, Kamis (10/9/2020). 

Animo masyarakat itu, membuat dirinya terpacu untuk terus berkarya.

Ia mengekpresikan diri dengan inovasi baru, sekaligus mencari peluang pasar kerajinan tangan yang paling diminati.

Berkelindan waktu, di bawah bendera Tonk Craft, Nano mulai merambah pada media baru.

Membuat karya kerajinan tangan, menggunakan lem tembak dan prada. 

Hasilnya cukup gemilang. Pesanan mengalir dan dikirim ke pelbagai daerah. Seperti Kalimantan, Lampung, hingga Medan.

"Kalau di pulau Jawa. Hampir semua kota besar sudah. Mulai Jakarta Semarang hingga Surabaya," kata Nano. 

Semua kerajinan itu terpajang indah digelari rumahnya.

Mulai dari kaligrafi hingga lukisan dengan objek tumbuhan, ikan dan tokoh pewayangan.

Melirik pada sudut galeri, terlihat pula siluet dua sketsa wajah presiden Indonesia, yakni Gusdur dan Jokowi. 

Menurut dia, sketsa wajah Gusdur dan Jokowi cukup banyak peminatnya.

Sebab itu, dirinya membuat sketsa gambar dua tokoh tersebut.

Lukisan siluet wajah Jokowi dan Gusdur dibingkai dalam figura berukuran 40 x 50 sentimeter. 

Harganya, "250 ribu sampai 300 ribu," ucap dia.

Kerajinan tangan yang dibuat Nano itu terlihat cukup elegan.

Didominasi oleh warna silver dan keemasan.

Dua warna itu mampu memberi kesan mewah pada setiap karya.

Ia menceritakan, kerajinan timbul yang dibuat menggunakan lem tembak itu, sebenarnya cukup sederhana. 

Ia kemudian mempraktikkan langsung proses pembuatan.

Awalnya, memotong kain bludru sebagai dasar atau alas kerajinan.

Kain tersebut dipotong sesuai lebar dan panjang karya yang akan dibuat.

Setelah terpotong sesuai ukuran, di atas kain tersebut kemudian dibuat pola menggunakan pensil. 

Setelah pola selesai, lalu ditimpa dengan lem tembak.

Biarkan lem tersebut mengering.

Ketika kering, lalu ditempel kertas prada dengan variasi warna silver atau keemasan.

Dalam satu kerajinan, menurut dia, rata-rata diproduksi dalam kurun waktu satu hari, tiga hari hingga ada yang seminggu. 

"Tergantung tingkat kerumitan. Jika polanya rumit akan semakin lama," kata dia. 

Harga yang ditawarkan pun bervariasi, tergantung besar figura dan tingkat kerumitan.

Harga terkecil mulai dari Rp 35 ribu, kemudian yang ukuran sedang sekitar 40 x 50 centimeter dibanderol dengan harga Rp 250 ribu - Rp 300 ribu.

Lalu, ukuran 50 x 70 centimeter, harganya Rp 500 ribu. Paling besar lagi ada yang mencapai Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta. 

Selain kerajinan, Nano juga memproduksi souvernir dan mahar pernikahan.

Menurutnya, di masa pandemi ada tiga kerajinan tangan cukup banyak peminatnya.

"Model siluet, kaligrafi dan mahar pernikahan. Itu yang paling sering dipesan," katanya. 

Pelanggan biasanya memesan melalui online, maupun datang langsung ke rumahnya.

Pihaknya menyarankan apabila akan pesan kerajinan mahar pernikahan supaya tidak mendadak.

Minimal dua Minggu atau satu bulan sebelum acara, sehingga dirinya bisa membuat karya lebih maksimal. 

Membuat kerajinan timbul, diungkapkan Nano, gampang-gampang susah.

Kesulitan diakuinya hanya ada pada tingkat kerumitan atau detail objek.

Terutama saat membuat wayang, baginya itu cukup sulit.

"Karena prosesnya kan ditumpuk. Kemudian harus detail pada lipatan-lipatan," ungkap bapak satu anak itu.  

Menurut dia, meski saat ini di tengah pandemi Coronavirus Disease (Covid-19), usahanya masih tetap bisa berjalan.

Awalnya sempat terdampak namun tidak signifikan, hanya dua bulan pertama.

Setelahnya, sudah ada pesanan dan kembali produksi.

Dalam sebulan, bisa produksi antara 7 sampai 10 kerajinan.

Apabila pesanan besar, dirinya mengaku dibantu oleh tiga orang pekerja. (TRIBUNJOGJA.COM)

 

Dikutip Dari : https://jogja.tribunnews.com/2020/09/12/belajar-otodidakwarga-bantul-ubah-limbah-jadi-kerajinan?page=4.
Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Gaya Lufityanti

Komentar atas Belajar Otodidak, Warga Bantul Ubah Limbah Jadi Kerajinan

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License